sawijining kahanan kang disenengi dening sopo wae, seko bocah cilik tekan wong tuwo. Ono ing kutho solo, yogja lan sakiwo tengene wis wajar sing diarani HIK utowo menawa nang yogja diarani angkringan. Biasane sing dinggo wedangan yoiku, teh, jahe, kencur, kopi utowo campuran seko sakabehe iku. Biasane dikancane karo nyamikan bongso gorengan, sego kucing, tahu tempe lan liyo liyane.

Berawal dari ketidaksengajaan

Berawal dari cerita-ceritaku bagaimana aku mendapatkan Teh yang Alami dan bagaimana sifat serta rasa minuman tersebut di posting sebelumnya.

Selama ini memang Teh ini, aku pakai sendiri, bahkan aku jadi sering ke tempat perkebunan dan pulang selalu membawa Teh olahan dari para petani disana.

Beberapa bulan yang lalu secara tidak sengaja aku mendapatkan rajangan akar ginseng yang sudah kering siap pakai dari toko obat sinse. Dari penjualnya bilang tinggal seduh saja, langsung diminum. Sampai dirumah aku buat seduhan ginseng, tapi tidak tahu sebelumnya Istri sudah membuat seduhan Teh ditempat yang sama jadinya kecampur. Waduh gimana ini? Pikirku. Karena sudah terlanjur, ya sudah tetap aku minum.

Dari ketidak sengajaan campuran tadi, ternyata menghasilkan Aroma yang lain, lebih segar dan ada sensasi tersendiri. Wah inilah teh ginseng, bahkan sambil aku nulis inipun tetap ditemani satu cangkir teh ginseng.

Esoknya aku mencoba dengan kesadaran membuat campuran teh dengan ginseng, tapi hasilnya kok beda tidak seperti kemaren. Kekuatan rasa dan aroma tidak sesegar dan senikmat kemaren. Aku jadi penasaran seberapa campuran yang tepat. Dengan berkali-kali dan berhari-hari percobaan akhirnya aku mendapatkan campuran Teh Ginseng yang tepat dengan bantuan alat timbang. (berapa persen teh dan berapa persen Ginseng).

Selama ini memang ramuan tersebut aku pakai sendiri, dan kalau ada tamu yang datang ketempatku, juga dipakai anak-anak Oren kalau lagi lembur.

Dan setelah rutin mengkonsumsi Teh Ginseng ini tiap pagi, aku merasakan stamina, kesegaran tubuh selalu Fit, bahkan saat aku terforsir di EXPO WHC dan SIEM hampir kena radang flu, konsumsi teh ramuanku ini aku lebihkan, Alhamdulillah akhirnya tidak jadi Flu.

Bahkan tidak aku sendiri yang merasakan kasiat Teh Ramuan ini, Teman-teman sekantor yang sudah menikmati teh ramuan saya, eh banyak yang balik dan minta.

Sungguh, tidak bijaksana bila sesuatu yang bermanfaat aku pakai sendiri, atas saran dari teman-teman di Master Mind, karena Teh ini istemewa dan lain dari yang sudah ada, bagaimana kalau di kemas dan dipasarkan.

Ahaa… inilah muncul ide bisnis…

Akhirnya temen-temen Master Mind memberikan beberapa masukan soal kemasan, pemasaran, produksi, waduh… trimakasih semuanya.

Dan sampai saat ini akhirnya produk sudah jadi dan siap untuk di distribusikan. Tapi Teh ini masih terbatas produksinya, karena olahan rumahan dari para petani belum bisa memenuhi orderan banyak. Insya Alloh nanti kita akan mengkoordinir para petani Teh yang didesa sana untuk bisa meningkatkan produksinya tidak sekedar dikonsumsi sendiri.


Mohon do’a restu.
Tono.solo

http://tondsy.multiply.com
tono.solo@yahoo.com

HP. 08122633630

Pengalaman Ngeteh Alami

Seperti biasa setiap pagi harus ada secangkir teh manis. Ini memang sudah terbiasa sejak aku masih kecil. Ketika masih SMP waktu itu ritual sarapan pagi bareng keluarga memang menjadi kebiasaan di kampung.

Pagi itu kebetulan belum ada makanan apapun, hanya secangkir teh manis yang sudah tersedia diatas meja. Langsung aja aku sruput. Wah…nikmatnya ini teh yang aku bawa dari petani di desa kemarin. Rupanya sudah diseduh sama Istriku.

Aku jadi teringat, belum ada secuil makananpun masuk kedalam perut kok aku sudah minum teh, biasanya perut jadi tidak enak (jawa : Sebah, Lier). Tapi aneh juga kali ini pakai teh yang baru ini, biasa saja malah terkesan menyegarkan banget.

Siangnya, dirumah ada tamu, temen-temen pada datang kerumah. Kebetulan nih, aku buatkan minuman teh yang ini, sekalian liat komentarnya bagaimana. Kalau bikin minuman teh aku selalu masak air yang baru tidak mengambil dari termos. Trus seduhan teh yang lama aku buang, ternyata bekas seduhan teh tadi daun tehnya malah menjadi mekar kehijauan, jadi kelihatan banget kalau itu daun teh. Berbeda dengan teh yang selama ini aku pakai, yaitu sisa seduhan gagang-gagang dan daun tehnya tetap hitam. Dan Istimewanya lagi, teko bekas aku bikin menyeduh teh ini tidak meninggalkan kerak coklat di dinding-dinding teko, jadi teko tetap bersih.

Bener juga kalau di logika, bila memang bener-bener daun teh, warnanya kok bias nempel ke dinding teko sampai begitu keras, kecuali zat pewarna kali.

Kembali ke cerita awal bikin seduhan, setelah teko bersih aku bilas dengan air panas. Trus ambil sejumput teh aku masukkan kedalam teko, baru dituang dengan air panas. Aku tutup dan didiamkan beberapa saat. Baru disaring kedalam gelas tak lupa diberi gula secukupnya.

Ketika aku hidangkan ke tamuku, dan dia minum, sebelm aku minta pendapat malah dia komentar duluan, “ Wah… teh apa ini, manteb banget, ada rasa seger, harum, sedikit sepet tapi sungguh, Mantab….”

Itulah komentar dari temen-temen, Jawabku cuman, “ Rahasia… ramuan pribadi warisan leluhur…hahhahahha…”

Teh Asli Pegunungan

............

Aku berjalan diantara pematang perkebunan hijau, dengan gemericik air dan kicau suara burung. Dengan hembusan angin pegunungan yang segar sungguh rasanya sangat damai dan nyaman.

Melebihi ketika aku mendengarkan CD Meditasi Menuju Alpha. Ini sungguh alami.

Diantara buaian imajinasi dan khayalan aku dikagetkan oleh panggilan bapak-bapak petani yang lagi Istirahat.

“Mas, mari sini istirahat sambil minum-minum disini, ini ada teh hangat…”

Begitulah keakraban orang-orang desa walaupaun kepada orang yang belum di kenal, seperti halnya saya yang baru sekali disitu.

Salah satu bapak petani menuang air panas kedalam teko yang didalamnya sudah diberi teh kering. Ada rasa penasaran dalam diriku, kok teh nya lain. Teh yang ini besar-besar tidak hancur seperti yang sering aku pakai dirumah.

Beberapa saat kemudian air yang dituangkan tadi sudah berubah menjadi kecoklatan, tandanya teh siap untuk dituang kedalam gelas.

Aku juga kebagian dalam gelas yang sudah disiapkan. Baru saja tertuang kedalam gelas yang aku pegang tercium bau harum teh yang selama ini belum pernah aku temui. Aku mencoba meminum sedkit wah rasanya lain, sungguh berbeda dengan teh-teh yang pernah aku minum. Terus terang aku termasuk maniak minuman teh, banyak sudah beberapa merk teh yang pernah kucoba dan cicipi bahkan meramu beberapa merk untuk mendapatkan cita rasa yang beda, namun ini lain, Rasanya luar biasa, rasa tehnya kentara sekali.

“ Mas, ada sesuatu?, apa tehnya tidak enak…? “ Tanya salah satu dari mereka, karena mungkin mengetahui kekagetanku.

“Tidak pak… malah ini teh yang luar biasa, baru sekali ini aku menikmati teh seperti ini.”

Usut punya usut ternyata bapak petani tadi, membuat teh sendiri dari perkebunannya, bapak tadi mengambil pucuk-pucuk daun teh muda, kemudian di angin-anginkan setelah itu dipanaskan diatas kuali yang terbuat dari tanah, setelah agak kecoklatan diperciki dengan air supaya tidak hangus, kemudian dipanaskan lagi untuk mendapatkan aroma harum ditambah sedikit bunga melati. Dengan pemanasan yang pas, jangan sampai teh tersebut terlalu hangus.

Sampai saya pulangpun masih mendapatkan oleh-oleh dari bapak petani itu, sekantung teh Asli dan Alami tentunya.

Masih ada pengalaman menarik sesampai dirumah ketika aku membuat teh ini…. Pokoknya asik dan bermanfaat … ( bersambung )